Gw udah terlalu
tua untuk jadi Laison Officer, tapi
berhubung Daniel yang minta gw dan kebaikan gw :p, akhirnya gw memutuskan untuk
nerima tawaran ini. Tapi gw percaya kok niatan yang baik itu akan mendapat
ridha Allah.
Seperti biasa gw
kumpul di perpus sama LO yang lain, dan melakukan step-step yang biasa gw lakukan waktu jadi LO. Akhirnya sampe lah
ditahap acara inti, dimana gw bisa ngobrol santai di luar ruangan. Gw diajak
ngobrol sama salah satu wali murid, berasa
gw wali kelas. Setelah gw tau dia ayah dari kaka tingkat gw, bapak ini
cerita gimana proses anaknya bisa sampe jadi sarjana, disamping itu karena gw
kepo, gw tanya tentang latar belakang bapake.
Sampailah pada
suatu percakapan tentang profesionalisme dan Teknologi Pendidikan. Usut punya
usut beliau lulusan prodi Perpustakaan which
is masih satu ranah sama Teknologi Pendidikan. Dan katanya Teknologi
Pendidikan itu asalnya dari Perpustakaan, dimana dulu satu-satunya sumber informasi
atau sumber belajar adalah buku dan tempat menemukan informasi itu, ya di perpustakaan.
Sampai akhirnya bermunculan berbagai macam teknologi, sehingga dibutuhkan suatu
bidang yang dapat menggarap teknologi tsb. guna memfasilitasi pebelajar untuk
belajar dengan menggunakan berbagai metode dan alat. Bukan hanya melalui buku
saja, tetapi melalui media seperti radio dan televisi, dan munculah Teknologi
Pendidikan sebagai harapan agar pembelajaran dapat lebih mudah dan lebih
konkret atau orang tekpend biasa menyebut ahli bidang ini sebagai perekayasa
pembelajaran.
Gw pun ga kuat
untuk ga bilang hal ini dengan orang yang ngerti tentang Teknologi Pendidikan. Teknologi Pendidikan itu luas banget, iya
apapun kita pelajari mulai dari psikologi, media, teknologi komputer, ilmu
komunikasi, bahkan manajemen. Jadi sebenernya harus kemanakah kita? Dan jawaban
beliau klasik tapi emang bener, kuncinya satu. Kita harus memahami betul satu
bidang yang dipelajari di Teknologi Pendidikan, kalo boleh dikatakan ahli
dibidang tersebut.
Beliau juga
cerita kalo harus keluar negeri demi bisa jadi ‘spesialis’ (gw lupa nama
ilmunya). Analoginya, dokter itu banyak, tapi penyakit itu lebih banyak. Kalo dokter
umum bisa mendiagnosis gejala general saja, tapi ketika jadi spesialis,
orang-orang yang punya penyakit khusus harus mencari dokter spesialis untuk
tahu diagnosis yang lebih tepat. Ini agak seperti branding yourself gitu lho.
Ga hanya kali
itu aja gw denger tentang spesialis, dulu dosen mata kuliah Model-model
Pembelajaran gw yang kemudian lebih memilih untuk pindah ke tempat lain, pernah
cerita bahwa beliau juga sempat bimbang dengan studinya di Teknologi
Pendidikan. Sampai akhirnya kegalauan itu berujung pada tekadnya untuk
benar-benar memperdalam ilmu Teknologi Pendidikan, yang kemudian membawa
dirinya menjadi ‘spesialis’ di salah satu bidang yang dipelajari di Teknologi
Pendidikan, sehingga dia bisa jadi dosen seperti sekarang.
Jadi guys, sebenernya pola pikir Teknologi Pendidikan itu luas banget hanya bikin kamu jadi bimbang. Daripada bimbang lebiih baik kamu pelajari lebih dalam tentang spesialisasi Teknologi Pendidikan yang kamu minati dan punya basic skill-nya paling engga. Terus kalau kamu punya uang, sekolah deh S2 atau S3 sampai kamu jadi ahli atau spesialis, dan jangan lupa perluas jaringan karena kalo gaada jaringan kita ga bisa akses kesana. Hihihi.
Ah iya don’t forget to iqro, iqro, iqro. Meskipun
teknologi semakin canggih, akan terasa berbeda belajar dengan membaca buku
dibandingkan membaca PPT.
0 komentar:
Posting Komentar